Jokowi si Satrio Pinilih
mbah subowo
Sukses menjadi presiden lima tahun pertama, dan
dilanjutkan dengan periode kedua memang suatu “keluarbiasaan” bagi seorang
Jokowi yang bukan pentolan partai politik, dia hanya anggota partai biasa-biasa
saja yang “beruntung” diberi kepercayaan
memangku jabatan politik. Walau demikian untuk mengisi jabatan publik itu tentu
saja butuh perjuangan tatkala harus melalui proses politik “menang dalam pilihan
umum”.
Kita tahu riwayat sosok yang satu ini dalam pemilihan
umum mulai dari pemilihan umum daerah tingkat 2, pemilu daerah tingkat satu,
dan pemilu menjadi orang nomor satu di republik ini, Jokowi berhasil, tak
pernah kalah sekalipun.
Hal yang terjadi di masa lalu itu sebagaimana
digambarkan di atas sebagai sosok unik, maka Presiden Jokowi layak disebut “Satrio
Pinilih”, Satria Pilihan!
Memenangkan berbagai kontestasi pemilihan dan akhirnya
menjadi seorang “jago”. “Jago” dalam alam pemikiran orang Jawa kebanyakan,
harus selalu menang untuk selama-lamanya, sepanjang hidupnya, bahkan dalam tiap
pertarungan melawan siapapun, kapan pun, dan di manapun.
Kelak pada masanya Jokowi pasti turun panggung maksimal
pada 2024. Lantas apa? Dalam alam pemikiran orang Jawa, Jokowi harus tetap “jago”,
bisa jadi jago pemimpin partai, bisa juga jago sebagai penasihat untuk partai
yang berjasa padanya. Bisa juga jadi simbol atau tokoh kebanyakan yang “blusukan”
atau balik lagi seperti dulu.
Sekian untuk sekali ini.